Pada
umumnya, pertandingan sepak bola dilakukan oleh manusia. Namun, apa
jadinya jika yang bertanding sepak bola itu adalah binatang? Di daerah
Sulawesi Selatan, Indonesia, ada sebuah cerita rakyat yang mengisahkan
tentang pertandingan sepak bola antarbinatang. Bagaimana para binatang
tersebut bermain bola? Binatang apa saja yang ikut bertanding dan
siapakah yang keluar sebagai juara dalam pertandingan sepak bola
tersebut? Temukan jawabannya dalam cerita Sepak Bola Binatang berikut ini!
* * *
Konon,
di sebuah daerah di Sulawasi Selatan, ada sebuah padang rumput yang
terbentang luas yang menjadi tempat berbagai jenis binatang seperti
sapi, kerbau, gajah, keledai, kijang, dan lain sebagainya untuk
merumput.
Pada
suatu hari, gerombolan sapi dan kerbau bertemu di padang rumput
tersebut. Kebetulan mereka datang bersamaan dan hendak merumput di
bagian padang rumput yang hijau dan subur. Mereka bergerombol dan saling
berebut untuk menguasai di tempat itu.
“Hei, Sapi! Rumput ini bagian kami. Kalian pindah ke tempat lain!” seru seekor kerbau.
“Tidak! Kami juga berhak makan di sini. Lagi pula kita datang bersamaan,” jawab seekor sapi.
Oleh
karena tidak ada yang mau mengalah, akhirnya mereka saling dorong dan
akhirnya terjadilah perkelahian. Para binatang lainnya yang juga
merumput di padang itu bersorak-sorai memberi semangat. Maka makin
serulah perkelahian antara gerombolan sapi dan kerbau. Perkelahian
tersebut tampak seimbang. Mereka saling tanduk dan saling dorong dengan
sekuat tenaga. Sesekali gerombolan sapi itu mengeluarkan bunyi lenguh
yang sangat keras.
“Mooohhhh......!!!”
Hingga
siang hari, perkelahian tersebut masih berlangsung dan belum ada yang
kalah atau pun menang. Tidak lama kemudian, Singa sang Raja Hutan,
tiba-tiba muncul dari balik semak belukar di pinggir padang rumput.
Melihat perkelahian itu, ia pun segera mengaung.
“Auuunngggg.........!!!”
“Hei, hentikan perkelahian itu!” seru sang Singa dengan marah.
Mendengar
seruan itu, gerombolan sapi dan kerbau itu pun berhenti berkelahi.
Para binatang lain yang menjadi penonton pun berhenti bersorak-sorai.
Semuanya menundukkan kepala dan tidak berani bergerak sedikit pun,
karena takut kepada sang Raja Hutan.
“Berkelahi
lagi, berkelahi lagi...! Hampir setiap hari terjadi perkelahian di
tempat ini. Kemarin rusa dengan kambing berkelahi karena rumput. Dua
hari yang lalu keledai dan kuda juga berkelahi memperebutkan rumput.
Sekarang kerbau dan sapi juga berkelahi. Semuanya gara-gara rumput,”
kata sang Raja Hutan.
Oleh
karena tidak ingin kembali terjadi pertikaian, Sang Raja Hutan
menyuruh semua binatang untuk berkumpul di tengah padang rumput.
“Dengarkan
kalian semua! Aku tidak ingin melihat lagi ada perkelahian di antara
kalian. Untuk itu, aku ingin mengusulkan bagaimana kalau diadakan
pertandingan sepak bola untuk membina persahabatan di antara penghuni
hutan ini?” usul sang Raja Hutan.
“Setujuuu....!” teriak seluruh binatang yang hadir di tempat itu.
Mereka
menyambut gembira usulan itu, karena di samping dapat membina
persahabatan juga menjadi hiburan bagi mereka, baik sebagai peserta
maupun penonton. Mereka yang ingin mengikuti pertandingan itu segera
mendaftarkan timnya. Tim yang paling pertama mendaftar adalah kerbau,
kemudian menyusul sapi, gajah, keledai, kuda, kambing, domba, dan
seterusnya. Sedangkan sang Raja Hutan hanya berperan sebagai wasit,
karena jika timnya ikut dalam pertandingan tersebut, pasti binatang
lain akan segan kepadanya.
Keesokan
harinya, pertandingan sepak bola antarbinatang itu pun dimulai. Pada
pertandingan hari pertama, tim kambing berhadapan dengan tim domba.
Kedua tim itu tampak bersiap-siap menempati posisi masing-masing.
Sementara binatang lainnya yang menjadi penonton telah memenuhi pinggir
lapangan. Mereka sudah tidak sabar lagi ingin menyaksikan pertandingan
seru itu.
“Ayo...! Ayo..., kalian bisa...!” terdengar suara penonton memberi semangat kepada tim kesayangan mereka.
Setelah
kedua tim bersiap, sang Wasit pun meniup peluitnya sebagai tanda
pertandingan dimulai. Pertandingan itu pun berlansung seru dan menarik.
Terkadang pula menimbulkan kelucuan, sehingga mengundang tawa para
penonton. Pada pertandingan itu tim kambing menang 2 – 1 atas tim domba.
Pertandingan berikutnya dilanjutkan keesokan harinya dan seterusnya.
Setelah
pertandingan berlansung beberapa hari, maka tinggallah empat tim yang
berhasil masuk ke babak semifinal, yaitu tim kuda, gajah, kerbau, dan
sapi. Pada semifinal pertama, tim kuda berhadapan dengan tim sapi. Pada
pertandingan itu, tim kuda tampil kurang bersemangat, karena sehari
sebelumnya, raja mereka meninggal dunia dimakan usia. Akhirnya,
pertandingan itu dimenangkan oleh tim sapi dan berhasil masuk ke babak
final.
Keesokan
harinya, semifinal kedua, tim gajah berhadapan dengan tim kerbau.
Sesaat sebelum pertandingan dimulai, tiba-tiba turun hujan deras
sehingga lapangan padang rumput tergenang air. Melihat kondisi itu, tim
gajah menolak untuk bertanding hari itu. Namun, tim kerbau merasa
keberatan jika pertandingan itu ditunda. Oleh karena kedua tim tidak
ada yang mau mengalah, akhirnya terjadilah pertengkaran. Melihat
keadaan itu, sang Wasit pun segera turun tangan.
“Untuk
tidak mengecewakan para penonton yang sudah berdatangan ingin
menyaksikan permainan kalian, maka pertandingan semifinal kedua ini
harus dilangsungkan hari ini juga, walaupun lapangan banjir,” tegas sang
Wasit.
Oleh
karena sudah merupakan keputusan wasit yang tidak dapat diganggu
gugat, maka pertandingan antara tim gajah dan kerbau harus dilangsungkan
pada hari itu juga. Akibatnya, tim gajah selalu mendapat serangan
bertubi-tubi dari tim kerbau. Tim gajah tidak dapat bergerak dan
berlari, karena lapangan becek dan licin. Beberapa kali tim gajah
terjatuh dan terjungkal di lapangan, sehingga menjadi sebuah tontonan
yang lucu dan menarik.
Sementara
itu, tim kerbau dengan leluasa bergerak dan berlari kesana kemari
sambil menggiring bola, karena mereka sudah terbiasa bermain-main dan
mandi di kubangan yang becek dan banjir. Sudah dapat dipastikan
sebelumnya bahwa pertandingan itu dimenangkan oleh tim kerbau. Tim
kerbau menang dengan skor 3 – 0 atas tim gajah. Akhirnya di babak
final, tim kerbau bertemu dengan musuh bebuyutannya, yakni tim sapi
yang sudah masuk babak final terlebih dahulu.
Sebelum
para pemain dan penonton bubar, wasit mengumumkan bahwa jadwal
pertandingan babak final akan dilangsungkan dua hari lagi.
“Saya
sengaja menunda jadwal pertandingan babak final ini sampai dua hari
lagi untuk memberi waktu para pemain untuk beristirahat, agar kedua tim
tersebut dapat tampil lebih baik dan menarik, sehingga para penonton
dapat terhibur,” kata sang Wasit.
“Kami
juga setuju jika pertandingan ini ditunda. Kami harus memulihkan
tenaga terlebih dahulu,” kata kapten kesebelasan tim sapi.
“Kami juga setuju,” sahut kapten kesebelsan tim kerbau.
Setelah
itu, para penonton dan pemain membubarkan diri. Kedua tim yang akan
bertanding di babak final beristirahat selama dua hari untuk memulihkan
tenaga. Di samping itu, kedua tim juga sedang mempersiapkan dan
menyusun strategi masing-masing.
Tidak
terasa, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, yakni pertandingan babak
final antara tim kesebelasan kerbau berhadapan dengan tim kesebelasan
sapi. Para penonton telah memadati pinggir lapangan ingin menyaksikan
pertandingan seru itu. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari itu
cuaca sangat panas. Oleh karena itu, kedua tim tersebut membuka baju
masing-masing. Mereka pun bertanding tanpa pakaian. Sorak-sorai
penonton pun semakin ramai.
Tidak
berapa lama, wasit pun meniup peluit sebagai tanda pertandingan babak
final dimulai. Pertandingan itu berlansung seru dan menarik. Kedua tim
saling memperlihatkan ketangkasan mereka menendang dan menggiring bola
dengan teknik yang tinggi. Kedua tim silih berganti menyerang. Sudah
beberapa menit pertandingan berlangsung, namun belum ada tim yang
mencetak gol ke gawang tim lawan. Makin lama, permainan pun tampak
keras. Mereka saling ganjal-mengganjal jika tim lawan membawa bola.
Di
tengah pertandingan itu berlansung, tiba-tiba cuaca menjadi mendung.
Tak lama kemudian, turun hujan lebat disertai dengan angin kencang.
Butiran-butiran air hujan yang turun dari langit sebesar batu-batu
kerikil. Jika tertimpa air hujan itu, akan terasa sakit dan menusuk.
Para penonton mulai panik. Mereka berlarian kesana-kemari mencari
tempat berteduh untuk menghindari air hujan.
Para
pemain pun sudah tidak mendengar lagi komando dari wasit. Kedua tim
berlarian menuju ke tempat penyimpanan pakaian. Pada saat itu, tim
kerbau yang pertama kali berlari salah alamat, karena dilanda kepanikan
dan kesakitan terkena hujan. Mereka berlari ke tempat penyimpanan
pakaian tim sapi, lalu memakai pakaian sapi tersebut. Setelah itu,
mereka berlari berpencar entah ke mana. Sementara tim sapi yang datang
terlambat, terpaksa memakai pakaian tim kerbau yang tertinggal, lalu
berlari berpencar untuk mencari tempat berteduh.
Sejak
kejadian itu, pakaian (kulit) sapi terlihat lebih longgar atau
kebesaran, karena memakai pakaian kerbau. Demikian sebaliknya, pakaian
(kulit) kerbau terlihat kesempitan atau kekecilan, karena memakai
pakaian sapi. Itulah sebabnya, di punggung sapi terdapat bagian yang cekung (berongga) dan di bagian leher bawahnya bergelambir, sedangkan pada kerbau tidak demikian.
* * *
Demikian cerita Sepak Bola Binatang
dari daerah Sulawesi Selatan, Indonesia. Cerita di atas termasuk ke
dalam kategori fabel (cerita binatang) yang mengandung pesan-pesan
moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satunya adalah tidak adanya sifat tenggang rasa antara sesama. Sifat
ini digambarkan oleh sikap dan perilaku para binatang yang saling
berebut makanan enak dan tidak ada yang mau mengalah. Akibatnya,
terjadilah pertengkaran dan perkelahian di antara mereka. Dikatakan
dalam tunjuk ajar Melayu:
bila tidak bertenggang rasa,
sama suadara mangsa memangsa
sama suadara mangsa memangsa
bila tidak tenggang menenggang,
banyakan orang bermain parang
bila tidak tenggang menenggang,
seteru banyak musuh pun datang
Pelajaran
lain yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa kepanikan
dapat mengakibatkan kerugian pada diri sendiri maupun kepada orang
lain, sebagaimana ditunjukkan tim kerbau yang karena panik, sehingga
mengambil pakaian sapi. Akibatnya, kerbau kesempitan memakai pakaian
sapi, dan sebaliknya sapi kelonggaran memakai pakaian kerbau. (SM/sas/86/07-08)
Sumber:
- Isi cerita diadaptasi dari Muthalib, H. Abdul. 1999. Cerita Rakyat dari Sulawesi Selatan. Jakarta: Grasindo.
- Anonim. “Sulawesi Selatan,” (http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan, diakses tanggal 10 Juli 2008).
- Effendy, Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan AdiCita Karya Nusa.
- Anonim. “KBBI”, (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php, diakses tanggal 10 Juli 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar