welcome

Selasa, 22 Mei 2012

ENREKANG vs BONE


TAKKEBUKU DIANGKAT MENJADI RAJA
(ARUNG ENREKANG PERTAMA)PADA ABAD XV M.

Pada waktu Takkebuku dewasa dikawinkan dengan Mappesangka dari Cepakan seorang yang cakap didalam membuat peraturan oleh karena itu dia banyak membantu istrinnya yang memegang dua kelompok pemerintahan ialah Taulan dan Tinggalung.

Takkebuku melahirkan seorang anak perempuan yang bernama Kota yang setelah dewasa dikawinkan dengan Pasoloi anak Laki-laki Puang Timbang Ranga. Waktu upacara perkawinan diadakan rakyat Timbang Ranga membuat Baruga di manena kampung Bitu Ku’ku.


Yang kemudian setelah perkawinan selesai Pasoloi membangun rumah di sini karena kerbaunya disekitar tempat ini. Didalam perkawinan Pasoloi memotong 9 ekor kerbau 7 ekor di makam didalam perjalanan antara Bitu dan Batili seekor diinjak kepalanya waktu turun di rumahnya dan seekor waktu naik di rumahnya pengantin perempuan.

Didalam upacara perkawinan ini dihadiri seluruh anggota Hadat orang-orang tua kampung dari Taulan, Tinggalung, Timbang, Cemba, tidak ketinggalan Tomakaka Kulande, Kendean, Andongi, Tapuan, Salise. Salah seorang diantara mereka ini mulai berbicara kepada hadirin malahan dengan suara berteriak mengatakan karena pasoloi dengan Kota sudah dikawinkan maka puang Timbang Ranga mengabungkan Timbang dengan Taulan dan Tinggalung dibawah pimpinan Takkebuku.

Kemudian puang Cemba berdiri mengatakan karena Puang Taulan keturunan Tomanurun Puang Palipada begitu juga Cemba dan Timbang, maka saya mengatakan Cemba bergabung denganTaulan, Tinggalung, Timbang dibawah Pimpinan Puang Takkebuku. Mappesangka suami Takkebuku Puang Endekan, berkata bahwa keempat pemerintahan ini bergabung maka sebaiknya diberikan nama gabungan Pemerintahan ini dan dibuatkan ketentuan atau peraturan.

Pada waktu itu disetujui gabungan ini diberi nama KERAJAAN ENREKANG dan ke empat kepala pemerintahan digelar PUANG TAKKE, LILI, MADIKA dan PITU ANAK BANUWA mengurus makanan Takkebuku Puang Endekan masing-masing :
  1. Bisang
  2. Bitu
  3. Leon
  4. Osso
  5. Tondon
  6. Randanan
  7. Malauwe
Sedang empat Gajang ditaking masing-masing :
  1. Kaluppini
  2. Kotu
  3. Lekkong
  4. Kabere
Dan bahagian persenjataan adalah Kampung Massemba.

Pada waktu kerajaan Bone mengetahui ada kerajaan baru dengan nama Kerajaan Enrekang, maka ditugaskan beberapa ratus tentara Kerajaan Bone menyerang Enrekang. Untuk melawan tentara Kerajaan Bone dengan kekuatan jelas Kerajaan Enrekang tidak mampu karena Kerajaan baru yang belum mempunyai pasukan dan persenjataan yang cukup, maka Takkebuku Puang Enrekang mengumpulkan orang-orang pandai termasuk orang pandai Tomatua dari Baroko.

Sore hari datanglah orang melapor bahwa tentara kerajaan Bone sudah berada di Sumbang dan sebahagian masih ada di Leoran dipinggir sungai yang mengalir ke kampung Baba, untuk melakukan penyerangan ke kampung Enrekang diperkirakan mereka akan lakukan pada malam hari atau pagi hari besok.

Tomatoa Baroko mengusulkan kepada Puang Endekan mengumpulkan berapa puluh batang pisang yang panjangnya satu meter dan menyediakan pelita dari kemiri dan damar dan kemudian ditancapkan diatas batang pisang tersebut. Kemudian batang pisang itu dihanyutkan mulai dari sungai mata allo tepatnya jembatan gantung sekarang, batang pisang tersebut dibawah arus air sungai Mata Allo berbaris layaknya sepasukan prajurit tentara terus ke pertemuan sungai Mata Allo dan sungai Saddang di kampung Massemba sekarang.

Tentara Kerajaan Bone yang ada di Sumbang lari kembali ke kampung Leoran sedang tentara kerajaan Bone yang di Leoran sudah mulai bergerak maju ke Sumbang, karena tentara kerajaan Bone yang di Leoran yang bergerak ke Sumbang menyangka yang datang menyerang adalah pasukan kerajaan Enrekang menyerang dari belakang maka dalam kondisi gelap tersebut terjadi perkelahian yang sengit antara mereka itu di tengah malam yang gelap gulita.

Dan setelah beberapa lama terjadi perkelahian antara mereka dan telah benyak korban yang berjatuhan barulah mereka sadar bahwa mereka berkelahi antara mereka sendiri. Malam itu mereka kembali ke Bone meniggalkan teman-temannya yang sudah menjadi mayat. Karena banyaknya mayat yang membusuk di sungai itu maka sungai tersebut dinamakan Salu Burung’ (sungai yang bau), sekarang sungai itu mengalir ke sungai Saddang melalui kampung Baba.

Kemudian datang utusan Raja Bone meminta kepada Raja Enrekang ke Bone untuk diadu dengan kerbau Raja Bone, dan membawa juga 40 ekor ayam yang sama bunyinya serta tali abu. Permintaan raja Bone itu dipenuhi dengan hasil pemikiran Tomakaka Surakan ialah anak kerbau yang sudah lama tidak menetek dan diikat tanduk rusa yang tajam di hidungnya, anak ayam 40 ekor, tali abu dibuat dari kain. Pada waktu itu kerbau raja Bone dikalahkan oleh kerbau raja Enrekang dan semua permintaannya dipenuhi kerajaan Enrekang, maka kerajaan Enrekang tidak lagi diganggu Kerajaan Bone dan diakui sebagai Kerajaan di Sulawesi Selatan dan Tenggara.


Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar