welcome

Selasa, 22 Mei 2012

Tanah Asal Enrekang sebagai Penanda Kerajaan di Bone


KISAH tentang Arung Palakka memang sudah cukup akrab bagi Masyarakat Bumi Massenrempulu. Itu karena Raja Bone ke-15 yang bergelar Latenritata tersebut, diyakini cukup dekat dengan raja-raja yang ada di Kabupaten Enrekang.SELAIN memperdalam pengetahuannya tentang Islam di Gua Palakka Enrekang, Arung Palakka juga aktif menggalang persaudaraan dengan beberapa raja yang ada di Kabupaten Enrekang.

Konon, semasa “bertapa” di Enrekang, Arung Palakka begitu akrab dengan Kerajaan Maiwa, Kerajaan Enrekang dan Kerajaan Duri.

Dari penuturan Taliu Ambo Tiro, Arung Palakka juga aktif bergaul dengan para penduduk kampung di sekitar Gua Palakka. “Makanya waktu kembali ke Bone, Arung Palakka membagikan sawahnya kepada tiga orang terdekatnya, yakni Adab, Arung Limbuang dan Arung Pasang,” ungkap Taliu.

Taliu sendiri merupakan satu-satunya orang tua kampung yang mengetahui persis cerita tentang Arung Palakka ini. Hingga kini, sawah dengan luas sekira 1,5 hektare yang ditinggalkan Arung Palakka tersebut, masih digarap oleh penduduk sekitar. Warga kampung menyebut sawah garapan tersebut dengan sawah Palakka.

Setelah meninggalkan Enrekang, apa saja yang dibawa oleh Arung Palakka ? Menurut cerita Taliu dan diyakini kebenarannya oleh warga setempat, raja yang membebaskan Bone dari penjajahan Raja Gowa itu hanya membawa segumpal tanah.

“Sebenarnya Arung Palakka enggan meninggalkan Erekang, tapi karena dibujuk oleh Arung Ponse, maka dia pun melunak. Tapi dengan satu permintaan,” ucap Taliu.

Apa permintaannya? Arung Palakka meminta kepada Arung Pone yang mengajaknya kembali ke Bone, agar diberi wilayah kekuasaan di Bone. Wilayah kekuasaan itu ditandai dengan tanah dari Enrekang yang akan dia tebarkan di Bone.

Arung Pone pun setuju dengan permintaan Arung Palakka tersebut. Setelah itu, kata Taliu menuturkan, Arung Palakka membuat lempengan tanah sebesar bola takraw. Tanah itulah nantinya yang akan disebar di Bone, untuk menandai wilayah kekuasaannya.

Setelah meninggalkan Enrekang, Arung Palakka diantar oleh sejumlah pengikutnya, namun setelah sampai di wilayah Kerajaan Bone, para pengantarnya yang salah satunya adalah ajudannya yang bernama Adab, kembali ke Enrekang.

“Pesan Arung Palakka terhadap pengikutnya saat hendak berpisah, yaitu harta yang ditinggalkan seperti sawah, harus dibagi dengan adil, mereka juga (pengikut Arung Palakka, red) diminta untuk tetap berjuang dan mengembangkan agama Islam dengan baik,” kata Taliu.

Saat di Bone, kata Taliu, lempengan tanah yang dibawa dari Enrekang itu ditebar sedikit demi sedikit, hingga lempengan tanah tersebut habis. “Arung Palakka juga meyakini bahwa daerah yang ditebari tanah dari Enrekang tersebut akan subur seperti tanah di Enrekang,” kisahnya.

Setelah berjaya di Bone, Arung Palakka ternyata tidak melupakan para raja sahabatnya di Enrekang. Sebaliknya, hubungan mereka semakin akrab, khususnya Raja Maiwa.
“Raja yang selalu dimintai bantuan oleh Arung Palakka adalah Raja Maiwa, karena mereka memang sudah akrab sebelumnya,” kata Janwar, salah satu pemerhati sejarah di Enrekang, yang pernah menjadi Kepala Bagian yang membidangi sejarah di Dinas Pariwisata Enrekang.


Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar